TEKNIK GAMBAR BANGUNAN


Saya yakin para pembaca sekalian pasti pernah mendengar tentang seorang arsitek. Secara otomatis juga pernah mendengar bahwa arsitek bisa membantu anda untuk mendesain bangunan yang anda inginkan. Tetapi apakah anda pernah mendengar tentang gambar kerja?
Dalam bekerja, arsitek jelas mempunyai produk yakni gambar desain, bisa berupa sketsa, gambar 2 dimensi (denah, fasad), dan juga gambar kerja. Anda pasti sudah tau mengenai gambar sketsa, begitu juga dengan gambar denah dan fasad, namun apakah anda mengerti tentang gambar kerja?
.
Menurut WIKIPEDIA :
Gambar teknis, juga dikenal sebagai gambar kerja, adalah disiplin akademis untuk menciptakan standar teknis gambar oleh arsitek , desainer interior , perancang , insinyur desain , dan profesional terkait. Standar dan konvensi untuk tata letak, ketebalan baris, ukuran teks, simbol, proyeksi melihat, geometri deskriptif, dimensi, dan notasi yang digunakan untuk membuat gambar yang idealnya ditafsirkan hanya satu cara.
.
Gambar kerja, secara gampang, adalah gambar acuan yang digunakan untuk merealisasikan antara ide ke dalam wujud fisik. Gambar kerja harus dipahami oleh semua personel yang terlibat dalam proses pembangunan fisik. Gambar kerja pun terdiri dari berbagai unsur, yang memuat informasi mengenai dimensi, bahan, dan warna.
Dalam prosesnya, kontraktor pelaksana lapangan akan meminta gambar kerja kepada arsitek untuk digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan proyek. Mulai dari nol, sampai finish. Gambar kerja akan membantu kontraktor untuk menciptakan wujud fisik sesuai dengan ide sang arsitek. Dengan bantuan gambar kerja, sang arsitek tidak perlu untuk mengawasi setiap detail dari semua unsur pembangunan, karena akan menyita waktu dan tidak efisien. Maka dari itu, gambar kerja harus bisa dibaca dan dipahami oleh kontraktor pelaksana.
Mungkin akan lebih jelas jika saya menuliskan beberapa contoh isi dari gambar kerja.
1. Rencana Pondasi, Sloof dan detail
Gambar berisi informasi mengenai jenis pondasi meliputi ukuran lebar atas dan bawah, kedalaman, bahan dan susunan. Dalam prakteknya, jenis pondasi bisa berbeda-beda tergantung dari jenis bangunan dan keadaan tanah. Beberapa jenis pondasi akan saya ulas dalam halaman lain.


Sedangkan sloof adalah beton melintang yang berada pada atas pondasi (terkadang berdiri sendiri tergantung jenis pondasi), yang berfungsi sebagai pengikat kolom bagian bawah. Keberadaan sloof sangat penting untuk menjaga agar kolom tidak bergeser jika terjadi goyangan seperti gempa.
2. Rencana Balok Latai
Balok latai adalah balok beton yang berfungsi melindungi kusen pintu dan jendela dari beban tembok bata yang berada diatasnya. Balok latai melintang diatas kusen pintu/jendela dan terhubung antara kolom ke kolom. Hampir sama dengan ringbalk, namun dengan dimensi yang lebih kecil.

3. Potongan Bangunan
Yakni proyeksi bangunan yang dilihat dengan cara memotong bangunan dan melihatnya dari samping. Hal ini berfungsi untuk menunjukkan peletakan dan hubungan antar unsur bangunan. Terlebih lagi untuk mengetahui ketinggian levelling lantai, ketinggian plafon, ketinggian atap, dsb. Dengan potongan bangunan akan kelihatan bagaimana isi dari bangunan tersebut, mulai dari pondasi hingga atap. Gambar potongan bangunan sangat penting dalam proses pelaksanaan pembangunan.


4. Rencana Atap
Yakni gambar pemasangan rangka atap dan penutup atap. Bagaimana peletakan balok nok, gording, usuk, reng, talang, genteng dan kerpus, serta ukuran dan jarak. Begitu juga apabila rangka atap menggunakan baja ringan. Juga berisi tentang jenis penutup atap yang digunakan. Detail rencana atap biasanya berisi detail kuda-kuda (apabila menggunakan kuda-kuda), detail sambungan kayu, detail posisi dan bentk rangka apabila terdapat bentuk yang tidak konvensional.

5. Rencana Plafond
Yakni gambar pola plafond dan rangkanya. Jenis rangka yang digunakan, ukuran, jenis penutup plafond yang digunakan, grid rangka, juga apabila desain plafon menggunakan variasi naik turun (levelling). Grid rangka plafond tergantung jenis penutup plafond yang digunakan. Misal, penutup eternit menggunakan grid 1 x 1 m, sedang penutup gypsum menggunakan grid 60 x 60 cm. Begitu pula dengan penutup plafond lainnya.


6. Rencana Pola Lantai
Yaitu gambar rencana penutup lantai. Berisi tentang jenis material, grid dan ukuran, serta pola variasi yang akan digunakan.

7. Peletakan Pintu dan Jendela dan detail
Yaitu gambar rencana peletakan posisi pintu dan jendela di setiap ruangan. Peletakan pintu dan jendela disertai dengan detail keterangan mengenai ukuran tinggi-lebar-tebal (baik kusen dan daun), bahan yang digunakan, finishing, dan peletakannya.



8. Rencana Air Bersih, Sanitasi dan detail
Yaitu gambar yang menunjukkan segala hal yang berhubungan dengan pola pemipaan air bersih-air kotor-air tinja, tata letak sumur, septick tank, bak kontrol, dan sumur peresapan. Juga berisi tentang detail ukuran dan bahan pipa saluran, dimensi septick tank, bak kontrol, dan sumur peresapan.





9. Rencana Elektrikal dan Titik Lampu
Yaitu gambar yang menjelaskan segala hal tentang instalasi listrik dan AC. Berisi tentang jumlah, letak, dan saluran instalasi titik lampu, stop kontak, dan AC. Juga berisi informasi jumlah MCB dan pembagian daya, serta letak meteran listrik dan sekering/MCB. Dalam detail berisi informasi besaran daya lampu dan peralatan elektronik lainnya.

Demikian sedikit yang bisa saya sampaikan. Memang tidak terlalu detail, karena sangat banyak hal yang bisa dijelaskan apabila berhubungan dengan gambar kerja. Semoga sedikit informasi diatas bisa membantu… :-D

Pengelompokan Beton berdasarkan beberapa instansi dan peraturan yang ada

Pengelompokan Beton
berdasarkan beberapa instansi dan peraturan yang ada


Pengelompokan beton pada dasarnya berkembang dari waktu ke waktu, dan menyesuaikan pula dengan kebutuhan di tiap negara atau instansi yang berkepentingan.
Di Indonesia pada umumnya pengelompokan dan peraturan beton mengikuti standar yang berlaku di Amerika Serikat (ACI)

Pada umumnya pengelompokan beton terbagi atas beberapa kategori :
  • berat satuan
  • mutu/kekuatan karakteristik (umumnya kuat tekan)
  • pembuatan
  • lingkungan layan
  • tegangan pra-layan
  • dsb

Berdasar kuat tekan karakteristik
(PBI 1971 N.I.-2 )
dari benda uji kubus (15 cm x 15 cm x 15 cm)



Tabel 4.2.1 - Kelas dan Mutu Beton
klik pada tabel untuk memperbesar
Berdasar berat satuan
(SNI 03-2847-2002)
  • Beton ringan   :  berat satuan < 1.900 kg/m³
  • Beton normal  :  berat satuan 2.200 kg/m³ – 2.500 kg/m³
  • Beton berat     :  berat satuan > 2.500 kg/m³

SNI tidak menggolongkan beton berat, namun pada umumnya beton dengan berat satuan di atas 2.500 kg/m³ dikategorikan beton berat, walaupun ada yang menerapkan nilai 3.200 kg/m³ sebagai batas bawah beton berat

Beton yang berat satuannya berada di antara kategori di atas pada umumnya tidak efektif perbandingan berat sendiri dan kekuatannya, walaupun tidak ada larangan untuk membuat beton dengan berat satuan di antara 1.900 kg/m³ - 2.200 kg/m³


Berdasarkan kuat tekan
(SNI 03-6468-2000, ACI 318, ACI 363R-92)

dari benda uji silinder (dia. 15 cm, tinggi 30 cm)
  • Beton mutu rendah  (low strength concrete)          : fc’  < 20 MPa
  • Beton mutu sedang (medium strength concrete)  : fc’  = 21 MPa – 40 MPa
  • Beton mutu tinggi (high strength concrete)             :  fc’  > 41 MPa

Berdasar Pembuatan

Dari cara pembuatannya, beton pada umumnya dikelompokkan :
  • Beton cast in-situ, yaitu beton yang dicor di tempat, dengan cetakan atau acuan yang dipasang di lokasi elemen struktur pada bangunan atau gedung atau infrastruktur
  • Beton pre-cast, yaitu beton yang dicor di lokasi pabrikasi khusus, dan kemudian diangkut dan dirangkai untuk dipasang di lokasi elemen struktur pada bangunan atau gedung atau infrastruktur
Berdasarkan Departemen PU
(Puslitbang Prasarana Transportasi,  Divisi 7 - 2005)


klik pada tabel untuk memperbesar

Berdasarkan Lingkungan


Beton di lingkungan khusus pada umumnya dikelompokkan berdasarkan kondisi yang mengancam ketahanan konstruksi beton bertulang :
  • beton di lingkungan korosif, karena pengaruh sulfat, klorida, garam alkali, dsb
  • beton di lingkungan basah non korosif
  • beton di lingkungan yang terpapar cuaca
  • beton di lingkungan yang terlindung dari cuaca

pada umumnya diperlukan perlakuan, bahan atau persyaratan desain dan pelaksanaan yang khusus untuk lingkungan yang berpotensi mengancam ketahanan atau keawetan konstruksi

Berdasarkan Tegangan Pra-Layan

  • Beton konvensional, adalah beton normal yang tidak mengalami tegangan pra layan
  • Beton pre-stressed, adalah beton yang diberikan tegangan pra-layan pada saat pembuatannya, dengan sistem pre-stressing
  • Beton post- tensioned, adalah beton yang diberikan tegangan pra-layan pada saat pembuatannya, dengan sistem post-tensioning
Pemberian tegangan pra-layan pada umumnya dirancang untuk memberikan gaya berlawanan dengan gaya layan, sehingga pada saat konstruksi beton bertulang tersebut memikul beban, secara praktis mengurangi beban kerja.

Beton jenis atau kelompok ini harus didesain, dilaksanakan dan diawasi oleh Konsultan dan Kontraktor Spesialis yang berpengalaman

ADMIXTURE [BAHAN TAMBAH] UNTUK CAMPURAN BETON Bahan Tambah (admixture) untuk Campuran Beton


1. Latar belakang penggunaan Bahan Tambah (admixture)  untuk Campuran Beton

  untuk keperluan tertentu terkadang campuran beton tersebut masih ditambahkan bahan tambah berupa  zat-zat kimia tambahan (chemical additive) dan mineral/material tambahan. Zat kimia tambahan tersebut biasanya berupa serbuk atau cairan yang secara kimiawi langsung mempengaruhi kondisi campuran beton. Sedangkan mineral/material tambahan berupa agregat yang mempunyai karakteristik tertentu. Penambahan zat-zat kimia atau mineral tambahan ini diharapkan dapat merubah performa dan sifat-sifat campuran beton sesuai dengan kondisi dan tujuan yang diinginkan, serta dapat pula sebagai bahan pengganti sebagian dari material utama penyusun beton. Standar pemberian bahan tambahan beton ini pun sudah diatur dalam SNI S-18-1990-03 tentang Spesifikasi Bahan Tambahan pada Beton.

  Bahan tambah (admixture) adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan, yang ditambahkan ke dalam campuran adukan beton selama pengadukan, dengan tujuan untuk mengubah sifat adukan atau betonnya. (Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton, SK SNI S-18-1990-03).
 Berdasarkan ACI (American Concrete Institute), bahan tambah adalah material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung.
Penambahan bahan tambah dalam sebuah campuran beton atau mortar tidak mengubah komposisi yang besar dari bahan lainnya, karena penggunaan bahan tambah ini cenderung merupakan pengganti atau susbtitusi dari dalam campuran beton itu sendiri. Karena tujuannya memperbaiki atau mengubah sifat dan karakteristik tertentu dari beton atau mortar yang akan dihasilkan, maka kecenderungan perubahan komposisi dalam berat-volume tidak terasa secara langsung dibandingkan dengan komposisi awal beton tanpa bahan tambah.

Penggunaan bahan tambah dalam sebuah campuran beton harus memperhatikan standar yang berlaku seperti SNI (Standar Nasional Indonesia), ASTM (American Society for Testing and Materials) atau ACI (American Concrete Institute) dan yang paling utama memperhatikan petunjuk dalam manual produk dagang.

2. Tujuan pengguanaan bahan tambah (admixture)untuk campuran pada beton
  Berdasarkan tujuan yang diharapkan terdapat beberapa tujuan penggunaan zat kimia diantaranya yaitu
a water reduction. {Zat kimia untuk mengurangi penggunaan air pada beton}
Hal ini dimaksudkan  agar diperoleh adukan dengan nilai fas yang tetap dengan kekentalan yang sama atau dengan fas tetap, tapi didapatkan adukan beton yang lebih encer. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh kuat tekan yang lebih tinggi, dengan tidak mengurangi kekentalannya, atau diperoleh beton dengan kuat tekan yang sama, tapi adukan dibuat menjadi lebih encer agar lebih memudahkan dalam penuangan.

b Retarder {zat kima untuk memperlambat proses ikatan campuran beton}
 Biasanya diperlukan untuk beton yang tidak dibuat dilokasi penuangan beton. Proses pengikatan campuran beton sekitar 1 jam. Sehingga apabila sejak beton dicampur sampai penuangan memerlukan waktu lebih dari 1 jam, maka perlu ditambahkan zat kimia ini. Zat tambahan ini diantarannya berupa gula, sucrose, sodium gluconate, glucose, citric acid, dan tartaric acid.

c Accelerators {zat kimia untuk mempercepat ikatan dan pengerasan campuran beton}
Diperlukan untuk mempercepat proses pekerjaan konstruksi beton, pencampuran beton dilakukan di tempat atau dekat dengan penuangannya. Zat tambahan yang digunakan adalah CaCl2, Ca(NO3)2 dan NaNO3. Namun demikian, lebih dianjurkan menggunakan yang nitrat, karena penggunaan khlorida dapat mempercepat terjadinya karat pada penulangan.
  Pada kenyataan di lapangan terkadang diperlukan kondisi kombinasi dari ketiga perilaku penambahan zat kimia tersebut yaitu untuk mengurangi penggunaan air dan memperlambat proses ikatan campuran beton, atau untuk mengurangi air dan mempercapat waktu pengikatan serta pengerasan campuran beton.




3. Jenis jenis bahan tambah (admixture)
  Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan bahan tambah yang bersifat mineral (additive).
I. Chemical admixtures (bahan tambah kimia)
Menurut standar ASTM , terdapat 7 jenis bahan tambah kimia, yaitu:
1) Tipe A, Water-Reducing Admixtures
2) Tipe B, Retarding Admixtures
3) Tipe C, Accelerating Admixtures
4) Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures
5) Tipe E, Water Reducing and Accelerating Admixtures
6) Tipe F, Water Reducing, High Range Admixtures
7) Tipe G, Water Reducing,High Range Retarding Admixtures
  Water-Reducing Admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. Bahan  tambah ini biasa disebut water reducer atau plasticizer.Plasticizer dapat digunakan dengan cara-cara sebagai berikut:
Kadar semen tetap, air dikurangi
Cara ini untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau faktor air semen (fas) yang rendah. Dengan faktor air semen yang rendah akan meningkatkan kuat tekan beton. Dengan penambahan plasticizer, walaupun fas rendah, beton tetap memiliki sifat workabilitas yang baik.
Kadar semen tetap, air tetap
Cara ini untuk memproduksi beton dengan slump yang lebih tinggi. Tingginya nilai slump akan memudahkan penuangan adukan.
Kadar semen dikurangi, faktor air semen tetap
Cara ini dilakukan untuk memperoleh beton dengan penggunaan semen yang lebih sedikit, sehingga mengurangi biaya.
 Komposisi dari plasticizer diklasifikasikan secara umum menjadi 5 kelas:
1. Asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam
2. Modifikasi dan turunan asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam
3. Hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya
4. Modifikasi hydroxylated carboxylic acids dan,kandungan garamnya.
  Berdasarkan prosentase pengurangan jumlah air, plasticizer/water reducer dibedakan menjadi 3 macam:
1. Normal water reducer : Penggunaan jenis ini mampu mengurangi air antara 5 – 10%.
2. Mid-range water reducer : Penggunaan jenis ini mengurangi air antara 10 – 15%.
3. High-range water reducer : Jenis ini biasa disebut superplasicizers, mampu mengurangi air antara 20 – 40%.
Mekanisme adanya penambahan plasticizer dapat dijelaskan sebagai berikut:
  Senyawa diserap oleh bidang muka antara air dengan zat padat. Partikel padat tersebut mengandung muatan sisa pada permukaannya dapat positif, negatif ataupun keduanya. Pada pasta semen, akibat perbedaan muatan tersebut,  partikel dengan muatan berbeda yang posisinya berdekatan menyebabkan gaya elektrostatik, selanjutnya partikel mengalami flokulasi/ penggumpalan (Gambar 1.a). Sejumlah air diikat oleh gumpalan tersebut dan diserap pada permukaan padat, sedang sedikit air yang tersisa mampu mengurangi viskositas/kekentalan pada pasta dan juga pada beton. Molekul pada plasticizer berfungsi menetralisir muatan pada permukaan atau membuat seluruh permukaan tersebut bermuatan seragam. Kemudian partikel tersebut saling tolak menolak (tidak lagi saling tarik menarik), sehingga semua partikel saling berpencar/dispersi dalam pasta  (Gambar 1.b). Hal ini membuat sebagian besar air mampu untuk mengurangi viskositas pada semen dan beton.  Interaksi pada permukaan ini hampir pasti diketahui terjadi pada partikel semen, dan dapat pula terjadi pada fraksi terhalus dari agregat halus.

4. Contoh produk plasticizer:


  • . Plastiment NS

  Produk ini dikeluarkan oleh Sika, dengan bahan dasar polimer padat. Plastiment NS memenuhi standar ASTM C-494 Tipe A dan AASHTO M-194 Tipe A. Plastiment NS direkomendasikan untuk digunakan pada aplikasi beton kualitas tinggi dengan peningkatan kuat tekan awal dan waktu ikatan normal. Produk ini dapat mengurangi air sampai dengan 10% untuk memperoleh beton yang mudah dikerjakan dengan kuat tekan dan kuat lentur yang lebih tinggi. Dosis yang digunakan adalah 130 – 265 ml untuk tiap 100 kg semen.


  • Plastocrete 161W

  Merupakan produk Sika dengan bahan polimer dan telah memenuhi persyaratam ASTM C-494 Tipe A. Direkomendasikan untuk digunakan pada beton kualitas tinggi dengan workabilitas sangat baik dan waktu ikatan cepat. Plastocrete 161W memberikan hasil yang optimal apabila dikombinasikan dengan fly ash (abu terbang). Dosis yang digunakan adalah 195 – 650 ml/100 kg semen.

  • Plastocrete 169

  Produk Sika dengan tujuan ganda, yaitu sebagai reducer dan retarder. Produk ini telah memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe A. Digunakan untuk beton normal dan memerlukan retarder. Tujuan ganda Plastocrete 169 sebagai water reducer normal dan set retarder memberikan fleksibilitas yang tinggi pada penggunaannya dan dapat dikombinasikan untuk meningkatkan kualitas maupun nilai ekonomis. Apabila digunakan untuk reducer, digunakan dosis 261-391 ml/100 kg semen. Apabila digunakan sebagai set retarder, dosis 390-520 ml/100 kg berat semen.

  • Viscocrete 4100

  Merupakan produk Sika yang digunakan sebagai high range water reducer dan superplasticizer. Produk ini telah memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe A dan F. Bahan tambah ini dapat digunakan dengan dosis rendah untuk mengurangi air antara 10-15% dan apabila digunakan dengan dosis tinggi mampu mengurangi air hingga 40%. Produk ini dapat digunakan untuk Self Compacting Concrete (SCC) karena dapat memberikan workabilitas yang tinggi. Viscocrete 4100 tidak mengandung formaldehid dan kalsium klorida serta tidak menyebabkan korosi pada tulangan baja. Untuk tujuan umum dosis yang direkomendasikan sebanyak 195-520 ml/100 kg semen. Apabila diinginkan pengurangan air secara maksimum, dosisnya dapat mencapai 780 ml/100 kg semen.

BETON

  Bahan-bahan penyusun beton merupakan faktor yang sangat penting untuk menghasilkan bangunan yang kita inginkan dan sesuai dengan yang direncanakan. Bahan campuran beton tersebut terlebih dahulu di campur mengunakan perencanaan campuran dari beton. Perencanaan campuran beton (mix desain)adalah suatu cara untuk menentukan perbandingan bahan-bahan campurannya sedemikian, sehingga untuk keadaan-keadaan tertentu dihasilkan beton dengan sifat-sifat yang disyaratkan dan dengan meminimalkan biaya yang dibutuhkan. Dalam biaya tersebut sudah termasuk ongkos perencanaan campuran betonnya, seperti pengadukan, pengecorannya serta pengawasaannya di tempat pengerjaan.

            Beton dapat diklasifikasikan berdasarkan berat jenisnya dan menurut kelasnya. Berdasarkan jenis beratnya beton dibedakan menjadi beton ringan, beton sedang, dan beton berat. Dan berdasarkan kelasnya beton terdiri dari beton kelas I, beton kelas II, dan beton kelas III. Mutu beton kelas III dinyatakan dengan huruf K(sesuai PBI ’71) dan fc’(sesuai SNI ’91), dengan angka di belakangnya menyatakan kekuatan karakteristiknya.
         Ditinjau dari pemakaiannya secara umum beton dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: Beton Konstruksi massa, beton konstruksi bentuk, dan beton konstruksi jalan. Sedangkan berdasarkan teknik pembuatannya, beton dibedakan menjadi: betn biasa yang terdiri dari 2 jenis yaitu beton siap pakai dan beton yang dibuat di lapangan, beton pracetak dan beton pra tegang.
         Beton disusun oleh tiga komponen utama, yakni semen, air dan agregat. Dan jika diperlukan akan ditambahkan bahan pembantu (admixture) untuk merubah sifat-sifat tertentu dari beton tersebut. Sifat-sifat beton dalam keadaan  masih segar dan setelah mengeras dapat memperlihatkan perbedaan yang cukup besar. Tergantung pada jenis, mutu serta perbandingan-perbandingan dari bahan-bahan campuran yang digunakan.
            Beton dapat diklasifikasikan berdasarkan berat jenisnya dan menurut kelasnya. Berdasarkan berat jenisnya beton dibedakan menjadi beton ringan, beton sedang dan beton berat. Dan berdasarkan kelas betonnya dibedakan menjadi beton kelas I, kelas II dan beton kelas III. Beton kelas III dinyatakan dengan K dimana angka dibelakangnya menyatakan kekuatan karakteristiknya.

                                                                
Klasifikasi Beton berdasarkan berat jenisnya dan kelasnya :

Kelas
Mutu
’bk
Kg/cm2

’bk
Kg/cm,dgs
46
Tujuan
Pengawasan Terhadap
Mutu agregat
Kekuatan agregat
I
B0
-
-
Non Struktural
Ringan
Tanpa
II
B1
K125
K175
K225
-
125
175
225
-
200
250
300
Struktural
Struktural
Struktural
Struktural
Sedang
Ketat
Ketat
ketat
Tanpa
Kontiniu
Kontiniu
Kontiniu
III
K>225
>225
>300
Struktural
Ketat
Kontiniu

a.       Menurut kekasarannya, yaitu:
1).    Beton segar           : masih dapat dikerjakan
2).    Beton hijau            : beton yang baru saja dituangkan dan segera     harus    dipadatkan.
3).    Beton muda          : 3 hari < 28 hari
4).    Beton keras           : umur >28 hari
b.      Menurut berat jenis
1).    Beton ringan         : BJ < 2 t/m3
2).    Beton sedang        : BJ 2 – 2,9 t/m3
3).    Beton berat           : BJ > 2,8 t/m3
c.       Menurut cara pengecoran
1).    Cara Setempat (Insitu)      : tidak dipindahkan/tetap disitu.
2).    Cara Eksitu ditempat        : tidak langsung pada fungsi (dibuat ditempat lain).
3).    Pabrikasi/pracetak             : dirancang, dicetak, dibuat pabrik.
4).    Beton siap pakai                : beton dirancang khusus dengan mutu berat dengan suhu tinggi.
d.      Menurut PBI tahun 1971, beton dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
1).    Beton kelas I         : beton untuk pekerjaan-pekerjaan non-struktural.
2).    Beton kelas II       : beton pekerjaan-pekerjaan structural secara umum.
3).    Beton kelas III      : beton untuk pekerjaan structural dimana dipakai mutu beton dengan kuat desak karakteristik yang lebih tinggi dari 225 kg/cm2. Yang dimaksudkan dengan kuat tekan karakteristik, adalah kuat tekan dimana dari sejumlah besar pemeriksaan benda-benda uji kemungkinan adanya kuat desak yang kurang dari kuat desak itu terbatas sampai 5%.
stk  = sbm – 1,64 S
stk  = kuat desak karakteristik
sbm            = kuat desak beton rata-rata
S    = standar deviasi